Jan 14, 2007

Road to Jogja - Part 1

- mengenal jogja

jogja merupakan salah satu kota yang menjadi tujuan favorit dan menjadi target utama andai diberikan kesempatan untuk menyambangi kota-kota di indonesia.

moment pertama yang aku lewatkan adalah pada saat acara study tour smu ke jogja. waktu itu memang aku belum begitu mengenal jogja dan belum terlalu jatuh cinta dengan kota gudeg tersebut. selain itu, persoalan biaya membuat aku berpikir dua kali untuk ikut, karena hati kecilku tak ingin terlalu membebani orang tua..

pertama tertarik dengan kota yang lebih terkenal dengan sebutan kota pelajar ini manakala berinteraksi dengan mahasiswa yang aktif di pergerakan LMND. melalui diskusi-diskusi kecil, aku mulai mengenal bagaimana sih jogja itu. bahan bacaan yang lumayan merangsang semangatku untuk belajarpun ditemukan pada terbitan jogja atau penulisnya pernah berkubang dengan hirukpikuk pergerakan di jogja.

pada suatau saat saya pernah membaca sebuah buku terbitan Insist/Resist karya Eko Prasetyo yang kental dengan ajakan untuk melawan ketidakadilan dan menumbuhkan keyakinan untuk selalu memegang teguh kebenaran, selain itu beberapa artikel yang ditulis oleh rekan-rekan yang aktif di Insist mulai mewarnai pemikiranku, antara lain mereka adalah roem topatimasang, toto raharjo, eko prasetyo dll. dari beberapa buku itu mulai aku tertarik dengna beberapakegiatan edukasi yang lebih menekankan aspek partisifatoris, dialogis, kritis, dan konsep-konsep pemberdayaan masyarakat sehingga keluar dari belenggu kemiskinan dan kebodohan.

jogja memang sudah dikenal luas sebagai kota pelajar, sehingga wajar masyarakatnya cenderung selalu belajar dan selalu terbuka dengan pemikiran-pemikiran baru tanpa melupakan jatidiri lokal. selain itu nuansa budayanya sehingga mengakibatkan jogja terkenal sampai ke mancanegara yang akhirnya menjadi daerah tujuan wisata kedua setelah Bali. lagi-lagi dengan kondisi ini jogja mampu bertahan dengan keaslian budayanya, sialnya yang menarik bagi masyarakat kecil dan mahasiswa pada khususnya adalah biaya hidup yang lumayan murah dibanding kota-kota besar lainnya yang ada dipulau jawa bahkan dengan yang ada disumatera sekalipun.

salah satu buku referensi saya ketika mencoba membuat eksperimen terhadap kader baru di sebuah unit kegiatan mahasiswa bidang riset di unila adalah buku PENDIDIKAN POPULER karya teman-teman yang telah mengaplikasikannnya di Jogja. memang eksperimen saya tidak terlalu kaffah sesuai Buku tersebut, namun setidaknya beberapa hal mengacu pada konsep-konsep yang ditawarkan buku itu. hal tersebut sebenarnya diakibatkan oleh kurang familiarnya saya dengan teknik-teknik pendidikan partisifatoris dan dialogis, lebih kepada eksperimen dari orang yang terpengaruh oleh bacaan tersebut.

namun dari umpan balik peserta sepertinya mereka menikmati konsep itu, setidaknya tingkat keberhasilan ada pada paradigma berpikir peserta mulai berubah dan pola pikir mereka mulai terbuka. hal yang menarik lainnya adalah ruang-ruang diskusi mulai terasa hidup dan terbuka sehingga ide-ide menarik bermekaran di kepala tunas-tunas muda ukm penelitian unila.

pernah dengar buku sex in the kos?atau bahkan sudah "hatam". yah, benar buku tersebut karya kontroversial yang mengungkap fakta disebuah sudut perkampungan mahasiswa di jogja. apakah itu cermin kampus dijogja?memang perlu pembuktian langsung, sialnya dikampus saya sendiri hal tersebut bukanlah sesuatu yang aneh walaupun belum masuk kategori lumrah. atau kalau kita mau ekstrim, bolehlah kita ambil Bandung sebagai barometer kehancuran moral mahasiswa kost-kostan, dengan banyaknya pasangan-pasangan kumpul kebo yang bebas tanpa kontrol pemilik kost-kostan. tidak percaya?coba saja tanya mahasiswa sana, atau silahkan mengamati selama 1 bulan disana.

kembali ke jogja... di Road to Jogja Part 2

7 comments:

Anonymous said...

no comment

Anonymous said...

mau tahu tentang jogja?
ketik cari di google
pake password jogja
hahahahaaaa...

jogja itu tempat yang enak untuk kuliah, biaya hidup murah.
kebudayaan jawanya masih terlihat.

kebudayaan kraton ngayogjokarto yang diadakan tiap tahun : pawai pasukan kerajaan, sekatenan, gunungan.

Jogja mempunyai raja sendiri yang membuat jogja berbeda dengan Bali.

Masyarakat Jogja sangat majemuk.
Aku sendiri membagi masyarakat Jogja menjadi beberapa golongan:
1.Islam-filia
Masyarakat yang memegang teguh syariat Islam, pacaran itu tidak boleh, menutup aurat itu wajib.

2.Masyarakat jawa-filia
Masyarakat Jawa yang masih memegang adat istiadat Jogja, sangat menghormati kraton, bahkan mempercayai Nyi Roro Kidul.

3.Masyarakat modern
Masyarakat modern yang terpengaruh budaya Barat, sampai free sex dan kumpul kebo pun ditiru. astaghfirullahal adzim, bertobatlah.

termasuk yang manakah kamu ??

Anonymous said...

Jigja memang menarik buat siapa saja. Kuliah di jogja juga menyenangkan-kata temen2 sih, saya sendiri gak pernah kuliah di sana. Tapi berkunjug ke jodja saja sudah terasa menyenangkan. pengn juga suatu saat nanti tinggal dan punya rumah di jogja.

Soal sex in the kost, pernah denger tentang perilaku free sex mahasiswa kita di kota2 pelajar termasuk jogja. Ini tentu saja sangat memprihatinkan. Marin bahkan sempat ada mesin ATM kondom di jogja kan?

gak tau deh, sumpek mikirin prilaku2 warga negara tercinta itu.

Anonymous said...

alah gaya lo ger!ikutan dulu lo tuh fellowship ke jogja. gw ud telpon, katanya bisa ngirim melalui email.jadi terakhir lo bisa ngirim tanggal 30 januari 07.

Anonymous said...

alah gaya lo ger!ikutan dulu lo tuh fellowship ke jogja. gw ud telpon, katanya bisa ngirim melalui email.jadi terakhir lo bisa ngirim tanggal 30 januari 07.ingat lo yang ngasih kabar ke gw.kiki

Anonymous said...

jogja adalah kota pelajar.

Anonymous said...

Sebagai orang Jogja, eh Sleman, saya sebenarnya prihatin dengan kenyataan Jogja menjadi tempat berkumpulnya banyak mahasiswa dari luar Jogja yang pasti mempengaruhi (baca: membuat buruk) budaya luhur Jogja. Salah satunya seperti yang tercermin dalam sex in the kos itu.