Oct 9, 2010

Guiding A Yani's family from Bandung at Ujung Genteng

Kang Ahmad Yani dan istri di Curug Cikaso yg exotic
Berfose di Tanah Lot Van Amanda Ratu, Ujung Genteng

Oct 8, 2010

Kisah Seraut Wajah di Tanjung Kalian

Seperti ketika biduk itu berlabuh dan riak di tepi pantai begitu tenang. Sedang angin yang bertiup diantara nyiur yang hijau seperti enggan kembali ke lautan lepas yang sunyi.

Kau masih termangu di tepi dermaga Tanjung Kalian, dan menara tua itu memandangimu dengan sendu seakan ingin berempati padamu. Ini memang akhir oktober yang sunyi bagimu, aku tahu itu!

***

Awal Mei 2008, saat ku menemukan kepingan hatiku di sebuah pojok kedai yang memang terlalu ramai. Seperti minggu - minggu yang lain diantara perjalanan di negeri waktuku yang statis, aku selalu menyempatkan diri untuk duduk di pojokkan kedai itu. Menghadap ke arah pintu kedai sehingga aku bisa menyapu satu per satu wajah yang masuk di antara suapan Soto Babat dan Teh manis yang ku pesan.

Hari itu sebenarnya tak ada yang istimewa bagiku, mungkin juga bagimu ketika kau sandarkan Yamaha Mio putihmu di depan kedai. Aku pun tidak terlalu memperhatikanmu waktu itu.

Namun sepertinya hujan yang begitu deras, dan takdir kita dipersatukan dalam kedai yang hanya kita berdua sebagai konsumennya dan itupun kita terpisah 3 meja makan disana.

Aku mulai perhatian, ketika kulihat sebuah koran terbitan nasional yang terkenal dari Jakarta. Sepertinya lipatan koran itu ada dihalaman Sastra, sebuah cerpen Seno Gumira Ajidarma tepatnya.

Hujan telah berlalu 20 menit ketika pesananku telah berpindah ke perut, sedangkan kamu baru saja menghabiskan 3 bulatan kecil bakso di mangkok, sepertinya kau suka pedas!

Waktu itu aku enggan berbasa - basi, apalagi menceboa mendekatimu yang asik dengan suapan - suapan lapar penuh gairah. Aku cuman tertarik untuk membunuh sunyi dengan meminjam koran yang kau lipat disamping semangkok bakso yang kuahnya tinggal setengah.

Kamu mempersilahkan ketika ku pinjam koran itu, dan kulihat sudut matamu menyiratkan keterkejutan, aku tak perduli.

Waktu berlalu, berganti musim setelah kita terpisah oleh hujan yang reda, dan waktu itu tak terbersit dalam hatiku untuk mengenalmu lebih jauh, kita berpisah begitu saja seperti saat kita bertemu, datang dan pergi begitu saja.

***

foto ilustrasi dr : tetebatu.blogspot.com