Jul 3, 2018

Kehidupan Warga Suku Tengger jelang Perayaan Yadnya Kasada 2018

Ramai Pengunjung dan padatnya jalanan menuju TN Bromo Tengger Semeru untuk hadiri Eksotika Bromo 2018 - Foto oleh  Herman Tobing - Genpi Bintan
Jelang upacara Yadnya Kasada di Pura Poten 29 - 30 Juni 2018 ini sedikit membedakan dari keseharian warga Ngadisari di sekitar Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru. Setidaknya ada peningkatan pengunjung yang signifikan dalam 2 - 3 hari berlangsungnya Event Eksotika Bromo 2018. Hilir mudik kendaraan khas jeep yang digunakan untuk mencapai lokasi puncak eksotika bromo di sekitar lautan pasir berbisik, dan juga tampak warga yang menunggang kuda dengan santainya diantara lalu lalang ratusan pengunjung yang berasal dari berbagai daerah baik dalam negeri maupun wisatawan mancanegara. 




Sementara itu, sebagian pengunjung mengisi pagi dengan menikmati Indahnya pemandangan yang menjadi latar kawasan penduduk yang didominasi homestay dan warung warga membuat para pengunjung betah dan tampak bahagia, suguhan keindahan ciptaan Tuhan ini sudah bisa dinikmati sejak membuka jendela saat bangun tidur lalu dilanjut dengan menikmati pagi dengan sajian sarapan pisang goreng dan secangkir kopi. Bila bangun lebih dini, akan beruntung mendapatkan suasana pemandangan lautan awan putih yang mengintari eksotik nya pegunungan Bromo Tengger Semeru.









Selain Keindahan alam, hal yang unik yang bisa kita lihat dari keseharian warga adalah kekhasan budaya berpakaian sehari-hari dari warga. Penggunaan sarung oleh warga dengan berbagai gaya yang mengandung arti khusus dalam penggunaannya baik itu digunakan oleh kaum ibu, bapak-bapak maupun bujang gadis yang digunakan sehari-hari dan tampaknya biasa namun penuh arti. Ada yang menggunakan sarung dengan cara diselendangkan, disarungkan, bahkan dibundelkan hingga dikerudungkan. Masing-masing memiliki arti yang mengkategorikan aktivitas dan status warga tersebut.







Pemakaian Sarung bagi Suku Tengger bukan hanya untuk penahan dingin, lebih jauh dari itu memiliki arti yang dapat menjelasakan secara tersirat status seseorang. Misalnya Jika memakai sarung dengan membuat simpul di pundak bagian kanan dan membiarkan sarung tergerai sebagian ke sisi depan, maka menandakan gadis tersebut telah beranjak dewasa dan masih belum terikat dalam perkawinan. Sedangkan wanita yang mengenakan sarung dengan membuat simpul di belakang leher dan tergerai ke bagian depan, biasanya dilakukan oleh mereka yang sudah cukup umur tapi belum menikah.

Sarung juga bisa digunakan sebagai gembolan atau wadah barang. Pria yang mengenakan sarung dengan cara mengikat di pinggang atau disebut juga dengan nama sembong, biasanya untuk pelengkap berpakaian ketika bekerja di ladang.


Selain adat istiadat penggunaan sarung, ada hal lain yang berhubungan dengan kebiasaan yang sudah membudaya, yaitu Gegeni. Gegeni adalah cara masyarakat Suku Tengger di Desa Argosari Kecamatan Senduro, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur untuk menyambut dan menghormati tamu. Masyarakat di desa itu memiliki kebiasaan bertamu dengan langsung mendatangi bagian dapur. Di tempat itu, mereka berbincang santai hingga serius, sembari menyeruput kopi atau teh, menikmati makanan kecil, hingga makanan berat. 

... Selanjutnya Pesona Eksotika Bromo dan Yadnya Kasada 2018

1 comments:

Nia Nurdiansyah said...

Oh ternyata pemakaian sarung2 itu nggaki asal yaa...ada maksudnya.