Sumitro Aji Prabowo dkk saat presentasi rilisan GrOS terbaru di Satu Indonesia Awards. /Sumber Foto TribunNews |
Siapa yang mengira, komunitas yang cukup dikenal di Pemalang, Jawa Tengah, ini berawal dari tiga pemuda yang suka “nongkrong” di warung sambil berdiskusi mengenai teknologi informasi. Dalam dunia teknologi yang terus berkembang, cerita-cerita inspiratif tentang anak muda yang mencapai prestasi luar biasa selalu menarik untuk dibagikan. Salah satu kisah yang patut dicontoh berasal dari Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, di mana tiga pemuda muda yang awalnya hanya berkumpul untuk nongkrong dan “ngoprek” perangkat Sistem Operasi berbasis Linux akhirnya berhasil menciptakan Sistem Operasi Linux sendiri yang mereka beri nama "Grombyang OS."
Kisah perjalanan mereka ini merupakan contoh yang menakjubkan tentang bagaimana kerja keras, dedikasi, dan semangat muda dapat menghasilkan pencapaian yang luar biasa dalam dunia teknologi. Berikut adalah kisah lengkapnya:
Mereka yang Berawal dari Nongkrong
dan Ngoprek
Kisah ini berawal dari tiga pemuda yang suka
“nongkrong” di warung sambil berdiskusi mengenai teknologi informasi. Sumitro
Aji Prabowo adalah seorang mahasiswa semester tiga, Jordan Andrean pada saat
itu masih duduk di bangku SMK kelas 2 dan Nanda Arfan Hakim adalah adik kelas
Jordan. Mereka
adalah pecinta Linux, sistem operasi open source yang penuh potensi untuk
dimodifikasi sesuai kebutuhan pengguna.
Saat nongkrong di warung kopi
itu, mereka sering membahas Linux, berbagi pengetahuan, dan bahkan mencoba
mengoprek sistem operasi tersebut. Awalnya, mereka melakukan ini hanya untuk
bersenang-senang, tanpa rencana besar dalam pikiran. Namun, semakin lama,
mereka mulai merasakan antusiasme dan semangat untuk menciptakan sesuatu yang
unik.
Akhirnya dari hobi yang sama mereka
membentuk komunitas yang diberi nama Komunitas Pengguna Linux Indonesia (KPLI)
di tahun 2012 yang anggotanya hanya lima orang. Dengan perjuangan tanpa lelah,
pada akhirnya komunitas tersebut bertambah anggotanya, bahkan seorang anggota
memberikan tempat untuk tempat berkumpul, yang juga menjadi tempat usahanya.
Komunitas ini akhirnya berubah nama di
tahun 2013 menjadi Grombyang OS, sama dengan nama sistem yang mereka kembangkan
dan disosialisasikan untuk digunakan oleh masyarakat, yaitu Grombyang OS atau
lebih dikenal dengan grOS. Dengan adanya Grombyang OS, masyarakat dapat
menggunakan sistem ini tanpa membayar, dapat diunduh secara gratis. Sehingga
tidak perlu menggunakan produk yang selama ini mereka pakai secara sistem ,
karena itu melanggar hak cipta. Kelebihan lainnya, sistem ini lebih cepat
kerjanya dan tidak membutuhkan anti-virus.
Grombyang: Membuat Impian Menjadi Kenyataan
Nama "Grombyang" muncul
dalam salah satu percakapan mereka saat mereka mencoba menciptakan sistem
operasi yang lebih sederhana dan mudah digunakan. Awalnya nama Grombyang diambil dari nama makanan
khas daerah Pemalang. Namun, ternyata Grombyang
juga adalah kata dalam bahasa Jawa yang memiliki arti "bersemangat"
atau "penuh semangat." Itu adalah nama yang sempurna untuk
merepresentasikan semangat dan semangat mereka dalam proyek ini.
Mereka memulai proyek Grombyang
dengan tujuan sederhana: menciptakan sistem operasi Linux yang lebih ramah
pengguna dan mudah diakses oleh orang-orang dengan tingkat pengetahuan komputer
yang beragam. Mereka ingin memperkenalkan Linux kepada lebih banyak orang di
wilayah mereka, yang mungkin belum familiar dengan sistem operasi open source
ini.
Tantangan Pertama: Belajar dan
Berkembang
Ketika mereka memulai proyek
Grombyang, mereka menyadari bahwa mereka memiliki banyak pekerjaan rumah yang
harus diselesaikan. Tiga pemuda ini bukan ahli dalam pemrograman dan
pengembangan sistem operasi, jadi mereka harus belajar banyak hal dari awal. Mereka
belajar bahasa pemrograman, desain sistem operasi, dan cara mengintegrasikan
berbagai komponen.
Salah satu tantangan utama adalah
memahami kode sumber Linux yang ada. Mereka harus membaca ribuan baris kode
sumber dan memahami bagaimana setiap komponen bekerja. Itu adalah proses yang
panjang dan melelahkan, tetapi semangat mereka untuk menciptakan Grombyang
memotivasi mereka untuk terus maju.
Kerja Keras dan Kolaborasi
Meskipun mereka menghadapi banyak
kesulitan, Sumitro, Jordan dan Arfan tidak pernah menyerah. Mereka
bekerja keras setiap hari, terkadang begadang, untuk mengembangkan Grombyang.
Mereka juga mencari dukungan dan bantuan dari komunitas Linux yang lebih besar.
Melalui forum dan jejaring sosial, mereka bertemu dengan orang-orang yang
bersedia membantu mereka memecahkan masalah dan memberikan saran berharga.
Kerja sama tim menjadi kunci
keberhasilan mereka. Masing-masing dari mereka memiliki keahlian yang berbeda
dan kontribusi yang berharga untuk proyek. Mereka belajar untuk saling
mendengarkan, berbagi ide, dan bekerja bersama untuk mencapai tujuan bersama.
Menghadapi Rintangan dan Kegagalan
Selama perjalanan mereka, Sumitro,
Jordan dan Arfan
juga menghadapi banyak rintangan dan kegagalan. Ada saat-saat ketika proyek
mereka tampak terhenti, dan mereka merasa frustasi. Namun, setiap kegagalan
mereka lihat sebagai pelajaran berharga. Mereka kembali ke kode sumber
Grombyang mereka dan melakukan perbaikan yang diperlukan.
Mereka juga menghadapi tantangan
keuangan. Pengembangan sistem operasi bukanlah proyek yang murah, dan mereka
sering harus mencari dana dari sumber-sumber yang terbatas. Namun, mereka tidak
pernah membiarkan kendala ini menghentikan mereka. Mereka melakukan segala yang
mereka bisa untuk mengamankan dana yang diperlukan dan terus maju.
Penerimaan dan Kesuksesan
Lama kelamaan, Grombyang mulai
mendapatkan perhatian positif dari komunitas Linux dan masyarakat umum.
Orang-orang yang mencoba Grombyang terkesan dengan kemudahan penggunaannya,
antarmuka yang ramah pengguna, dan stabilitasnya. Ini membuat Sumitro,
Jordan dan Arfan
semakin termotivasi untuk terus mengembangkan Grombyang.
Mereka juga mendapatkan pengakuan
dari berbagai pihak, termasuk media lokal dan komunitas open source. Ini
membantu mereka mendapatkan dukungan lebih banyak dari sukarelawan dan sponsor
yang berbagi visi mereka.
Pesan Inspiratif untuk Semua Anak
Muda
Kisah sukses Sumitro,
Jordan dan Arfan
dalam menciptakan Sistem Operasi Linux Grombyang adalah inspirasi bagi semua
anak muda di seluruh dunia. Mereka membuktikan bahwa dengan semangat, dedikasi,
dan kerja keras, Anda dapat mencapai apa pun yang Anda inginkan, bahkan jika
Anda berasal dari latar belakang yang sederhana.
Mereka juga mengajarkan kita
untuk tidak pernah takut menghadapi tantangan dan kegagalan. Kegagalan adalah
bagian alami dari perjalanan menuju kesuksesan, dan penting untuk belajar
darinya dan terus maju. Jangan ragu untuk mencari bantuan dan dukungan dari
komunitas dan orang-orang di sekitar Anda.
Grombyang bukan hanya sistem operasi, itu adalah bukti bahwa
impian anak muda dapat menjadi kenyataan. Kisah ini adalah pengingat bagi kita
semua bahwa ketika kita mempunyai semangat dan tekad, tidak ada yang tidak
mungkin. Dalam dunia teknologi yang terus berkembang, kita semua dapat belajar
dari kisah sukses Sumitro, Jordan dan Arfan, dan berani mengikuti jejak
mereka dalam mengejar impian kita sendiri.
0 comments:
Post a Comment