Feb 6, 2015

kembali ke khitah untuk bersenang-senang dalam berkarya

Apa yang menyebabkan kita mudah bosan dan lelah dalam bekerja, dan kenapa anak kecil selalu senang gembira atas apa yang dilakukan, sedang kita malah merasa menjadi beban atas segala aktivitas yang kita perbuat, hatta hal tersebut menghasilkan sebuah keuntungan baik itu berupa penghargaan maupun nilai materil yang didapat.

Seorang anak sesulit apapun mengerjakan sesuatu, terlihat begitu menikmati dan tanpa terlihat rasa lelah, dia akan terlihat ceria dan menikmati proses yang sedang terjadi. Ketika hasilnya maksimal dia akan sangat bergembira, namun ketika tidak berhasil namun bisa selesai, dia akan tetep bangga karena ternyata dia mampu mencapainya sendiri.

Saat dewasa, hal-hal tersebut kemudian hilang entah kemana, yang dulunya kita menikmati sebuah kesenangan, hobby dan kemudian kita merasa nyaman mengerjakan sesuatu sesuai dengan passion-nya walaupun nilai materil yang didapat tak begitu maksimal, selama itu kesenangan dia, maka dia akan nyaman, lalu kemudian berubah saat apa yang dikerjakannya ternyata menghasilkan sesuatu nilai yang membawa ke tahapan aman. Kemudian, disaat anggapan aman dari kegiatan passionnya, merubah pola pikir bahwa ini bukan lagi kesenangan, melainkan kerjaan yang harus profesional dengan hasil yang didapat sesuai dengan usaha yang dibuat. Lalu ketika hasilnya nggak sesuai harapan, dan kita terus menggenjot usaha agar harapan itu maksimal, kita masuk ke fase merasa terbebani.

Pemikiran saya kembali tercerahkan saat diskusi asyik dengan pak Paryanto, GM Telkom Jabar Selatan yang sempat ketemu di Kota Padang 2 tahun silam. Ada hal yang saya luput dari pemikiran dan lakukan, saya terjebak dengan rutinitas, capaian yang ingin di kejar, sehingga pola pikir anak2 yang seharusnya mengerjakan sesuai dengan passion, dan tanpa dibebani menjadi sebuah pekerjaan profesional yang penuh beban dan target-target yang menjadi pikiran setiap saat. Saya lupa cara bersenang-senang dalam menulis di blog, berkomunitas dan berkegiatan sosial, sehingga mengangap saat ini saya harus fokus dan profesional dalam menulis dan berkomunitas dan berakhir dengan stagnan pemikiran dan ide nulis.

Saatnya saya harus kembali bersenang-senang, jauhkan beban atas capaian-capaian serta sok profesionalisme yang absur, kembali ke rutinitas-rutinitas penuh kesenangan sehingga menghasilkan karya-karya serius tanpa beban, nothing to lose kata MLTR dalam lagu th 90-annya. Yah, saya ingin kembali menemukan ritme hidup saya yang begitu indah, berkarya dengan passion, menjalani hobby dan sukacita, ketika lalu ada hasil yang berharga, anggap itu hadiah dari Tuhan atas syukur hidup yang saya jalani tanpa beban.

Tabik,

The Green Hotel Kota Bekasi, 21 September 2014.

2 comments:

ika said...

hmmmm, bener juga sih *terus terdiam dan berpikir *berharap gak gampang bosen lagi

Evi Sri Rezeki said...

Bosen wajar sih. Anak-anak lebih gampang bosen. Tapi kalau udah panggilan jiwa nggak akan ke mana :D