Oct 13, 2023

KEMBALI KE TANAH PERJUANGAN BAPAK - Catatan Pulang Melancong Part 1

Pesisir Selatan Sukabumi yang Memiliki koleksi Pantai yang Indah dan Panjang - Koleksi Pribadi.

Sebetulnya saya gak kepikiran untuk balik kampung waktu saya memutuskan merantau, bahkan cita-cita saya pantang pulang sebelum benar-benar sukses dan bisa menjadi kebanggan orang tua. Tinggal kurang lebih 10 tahun di Lampung dikarenakan hijrah mengenyam Pendidikan dan menyecap pengalaman hidup dewasa yang mandiri, membuat saya saat itu sama sekali tak memikirkan untuk pulang, sangat nyaman dan menganggap Lampung sebagai rumah kedua saya. Pengalaman hidup dan keluarga besar sudah mulai terbentuk, jejaring pertemanan dan modal sosial sudah mulai terbina, siapa yang kepikiran untuk “pulang”?
 namun kita tidak bisa mengatur takdir, sekeras apapun usaha dan upaya untuk tidak kembali, jalan itu malah terbuka dan memaksakan untuk kembali. Menikah dan mulai mencari sesuai nasi, serta membangun pondasi untuk mewujudkan masa depan di tanah sang bumi ruwa jurai ini, tak menyurutkan takdir.



Kembalinya ke kampung halaman saja tidak terpikir, apalagi ke daerah yang justru tidak sesuai dengan kebutuhan yang rutin dilakukan; yaitu online, online dan online. Di Lampung, saya mendapatkan kelimpahan itu, online adalah salah satu hal yang membuat saya betah di Lampung, terutama karena saya berada di kawah candradimuka Pendidikan tinggi, Universitas Lampung. Dengan akses internet hampir di setiap sudut kampus, bahkan saya berkegiatan di Pusat Komputer Unila yang memiliki privilege Akses Internet khusus hampir 10 MBps 1 gedungm, tahu kan kebutuhan ini apa? ya akses internet yang cepat dan listrik yang stabil syukur-syukur melimpah dan gratis.


Weladalah, saya malah justru makin jauh dan terisolir, bahkan lebih jauh dari rumah orangtua yang masih terhitung kota dengan akses jaringan selular yang masih bagus, minimal untuk provider selular yang digunakan masih memberikan sinyal 4G walau tidak stabil dan yah masih mahal juga untuk kebutuhan yang melimpahnya. Orangtua saya tinggal di Kecamatan Surade, wilayah paling selatan di Kabupaten Sukabumi. Namun, kota kecil ini merupakan kota yang sedang berkembang pesat, pusat ekonomi di Kawasan yang sering disebut pajampangan. Jalan Negara yang bagus dan terpelihara setiap waktu, layanan perbankan nasional yang bertumbuh, wisata kuliner yang mulai menjamur, dan aktivitas sosial masyarakatnya pun paling aktif diantara 8 kecamatan lain di selatan sukabumi ini. Namun, takdirnya bukan di kota ini saya pulang, saya terlempar di sebelahnya, daerah yang Bernama “tjiratjap” dalam peta belanda dahulu sudah tersebut, bahkan sebelum nama Surade hadir.


Upaya untuk memenuhi kebutuhan Signal Internet di Ciracap tahun 2020 dengan pemasangan Radio penangkap Signal Internet

Ciracap nama kecamatan tempat saya saat ini berdomisili, tepatnya di kampung Simpang Desa Cikangkung. Wilayah ini dahulu merupakan salah satu daerah terisolir di selatan Sukabumi, waktu bapak tinggal di sini dan dilanjutkan era paman saya, untuk menuju kesana harus melewati jembatan ponton atau perahu, jalurnya sama kayak mau menuju Ujung Genteng. Di Ciracap, awal tahun 2020 kondisi kurang cukup mendukung karena saat itu saya yang awalnya beraktivitas di Kota Sukabumi harus tinggal di Desa Cikangkung Kecamatan Ciracap, yang mana kami harus berkomunikasi melalui whatsapp namun seringnya berlangsung delay karena memang signal 4G di sekitar rumah sangat jelek, bahkan untung bisa terhubung dengan internet mengharuskan saya untuk keliling keluar rumah untuk mendapatkan titik yang pas ada signal, sisanya saya biasanya menyimpan HP diatas jendela dan menyalakan hotspot agar bisa terhubung dengan Laptop untuk membuka whatsapp web. Sisanya saya harus ke Kecamatan Surade dengan menumpang di sebuah kedai kopi untuk menggunakan wifi publik saat zoom meeting dengan client atau kolega dan untuk kegiatan-kegiatan lainnya.

 

Sebetulnya Ciracap punya potensi sangat besar, karena merupakan salah satu wilayah yang menjadi pusat kunjungan wisata di pesisir selatan kabupaten Sukabumi. Ciracap memiliki potensi eksotisme alam, baik gunung sungai dan pantai. Ini menjadi aset utama Ciracap menatap masa depan. menata keindahan alamnya menjadi fokus pembangunan baik oleh pemerintah maupun swasta dan masyarakat. Namanya memang kalah terkenal dibandingkan Ujung Genteng dan Pangumbahan kawasan konservasi penyu hijau, dua pantai wisata yang berada di Kecamatan Ciracap.

 


Ngomong-ngomong tentang Ujunggenteng, Yah, tau kan Ujung Genteng? kawasan wisata yang kemudian jadi favorit dan unggulan sebelum ramai dengan Unesco Global Geopark Ciletuh Palabuhanratu, dahulu Ujung Genteng lah primadona wisata di selatan Sukabumi. Nah, tidak banyak yang tau bahwa kawasan wisata ujunggenteng atau saya menyebutnya Ujunggenteng Tourism itu terdiri dari 4 desa yang ada di kecamatan Ciracap yang meliputi Desa Ujunggenteng, Desa Purwasedar, Desa Pangumbahan dan Desa Cikangkung yang mana terbentang pesisir pantai dari mulai Karang Gantung, Amanda Ratu (kini asaba land), Taman Pandan, Bukit Teletubies, Teluk Ujunggenteng, Cibuaya hingga Konservasi Penyu Pangumbahan.

 

Jadi, Ciracap itu sebetulnya gudangnya wisata pantai di ujung selatan sukabumi, selain banyak juga destinasi wisata berbasis sungai dan budaya. Sayangnya orang lebih mengenal Surade untuk menyebut ujung genteng misalnya. Ini disebabkan ibukota kecamatannya yang hampir-hampir tidak pernah dilewati pengunjung yang berwisata ke Ujung Genteng. Untungnya hadir destinasi wisata unggulan baru kawasan wisata alam Unesco Global Geopark Ciletuh-palabuhanratu atau sering disebut CPUGG yang menjadikan jalur dari Palabuhanratu-loji-ciletuh hingga ke Ujung Genteng menjadikan jalur Ciracap menjadi ramai dan jadi alternatif, sehingga setiap orang yang berkunjung ke wilayah CPUGG ini pada saat ingin melanjutkan ke Kawasan Wisata Ujunggenteng, maka akhirnya harus melewati pusat kecamatan Ciracap.

 

Google Map Kecamatan Ciracap

Tapi kenapa saya jadi ke Ciracap? Selain karena mengikuti tempat kerja istri, ternyata ada magnet jejak kehidupan Bapak di Ciracap ini, 3 Desa yang menjadi daerah rintisan Bapak saat pertama berjuang selepas diangkat Pegawai Negeri jadi Guru, yaitu Cikangkung, Gunung Batu dan Pangumbahan yang mana dulu masih 1 Desa. Enam Puluh tahun yang lalu, Bapak merintis kehidupan di daerah yang harus diakses dengan jalan kaki atau paling banter naik munding (sapi kebo khas kampung) untuk bisa sampe ke Surade, apalagi kalo harus ngambil honor ke Kabupaten Sukabumi yang berjarak hampir 100km.

 

Cerita yang saya ingat dari almarhum bapak, kalo udah melewati jembatan yang menjadi batas kecamatan Surade dan Ciracap, bahkan orang nganggap hukum tidak berlaku lagi, sehingga dulu terkenal daerah ini menjadi sarang gerombolan, dan tahu kah bahwa di daerah ini mayoritas penduduknya orang suku jawa yang dulu tersesat yang harusnya dibawa Belanda ke Borneo (Kalimantan) malah dibawa lewat pesisir Ujunggenteng dan terdampar di Cicarap dengan Kawasan yang dikenal Jaringao (karena ada sebuah perusahaan Bernama Cijaringao) yang kata orang-orang itu penyebutan yang salah dari Borneo.

 


Jadi, Akhirnya saya berdamai dengan takdir dan mulai menyusuri jejak-jejak langkah Bapak dan sekaligus napak tilas dan mengenang bagaimana dulu Bapak berjuang di sini, memvalidasi perjuangan Bapak dari cerita-cerita warga dan murid Bapak dulu, menyusuri cerita yang dahulu pernah Bapak dongengkan diwaktu kecil. Kembali ke Kampung Halaman masa Rintisan Bapak, yang artinya semacam takdir untuk Kembali merintis hidup di sini, dengan segala macam cerita dan potensi yang ada didalamnya, cerita takdir yang menghubungkan antara Bapak dan Anak yang hampir ingin dilupakan dan tak terpikirkan.

0 comments: